KH Muhammad Kholil dilahirkan pada 11 Jamadilakhir 1235 Hijrahatau 27 Januari 1820 Masihi di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Beliau berasal dari keluarga Ulama dan digembleng langasung oleh ayah Beliau. Setelah menginjak dewasa beliau ta'lim diberbagai pondok pesantren.
Biografi-Beliau, sebatas yang kutahu, Lahir di Situbondo, putra Bungsu Almarhum KHR. As’ad Syamsul Arifin Sang Mediator Nahdlatul ulama, Nama beliau ” Muhammad Kholil ” Nama tersebut diberikan oleh Kiai As’ad Ayahandanya tafa’ulan kepada gurunya yakni ” Syeikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan ” kira kira umur 15 tahun beliau di modokkan ke Makkah ke Syeikh Ismail Alyamani Almakki yg masih teman kiai As’ad, atas saran Kiai Sarkaman, Namun sebelum itu sebenarnya Kiai Kholil muda, sudah di minta oleh Syeikh Ismail ke Kiai As’ad ketika sebelum Munas NU di Situbondo. Sebelum mondok ke Makkah, Kiai Kholil Muda, Belajar kepada beberapa santri nya kiai As’ad, Belajar Nahwu Sharrofya yang kutahu pada Ustadz Zainal Abidin, dll, sedangkan ngaji tasawwufnya pada KH. Sufyan Miftahul Arifin terkadang juga ditemani kakaknya Yaitu Almarhum KHR. Ahmad Fawaid As’ad karna beliau Yai Fawaid juga ngaji ke kiai Sufyan. Beliau Masuk Jama’ah Dizikir thoriqoh An Naqsyabandiyah Al ahmadiyyah sekitar umur 11 tahun pada kiai Sufyan Miftah, mungkin ketika itu diantara para Jama’ah yg lain beliau yang termuda, Namanya anak muda, Lora Kholil Muda masih tidak lepas dari kenakalannya bersama teman – temannya, makanya terus di jaga oleh KH. Zubairi dan KH. Ahmad Sufyan Miftah kala itu, Diantara Guru Beliau yg saya tahu, yang banyak mempengaruhi pribadinya beliau adalah, KH. Muhammad bin Imam Pamekasan Madura, KH. Sufyan Miftahul Arifin dalam perjuangannya, dan Syeikh Ismail Alyamani Almakki dan juga Ayahandanya sendiri . Kira – kira tahun 1992 beliau pulang ke indonesia, dan mendirikan pondok pesantren, yg diberi nama ” Pondok Pesantren Walisongo ” adanya pondok tersebut, jauh sebelumnya kiai As’ad Ayahandanya pernah berdawuh, ketika pulang dari pengajian NU di Situbondo, sampai di selatan komplek pondok yg mana ketika itu masih ” persawahan ” Dawuhnya ” ,Suatu saat nanti saya akan punya pondok disini, padahal ketika itu Lora Kholil masih belum lahir “Memang betul ” Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya ” Kiai As’ad yg dikenal pawangnya bajingan dan preman, begitu juga dengan kiai Kholil As’ad, banyak juga bajingan, maling, perampok, anak jalanan takluk ditangannya atas kuasa Ilahi dan akhirnya bertaubat ini fakta, semoga taufiq selalu menyertainya. Beliau yang saya tau juga termasuk kiai nyentrik, Bisa juga dibilang ” Budayawan ” beliau mengagumi sekali ” pencak silat ” makanya beliau termasuk salah satu” Dewan Khos Pagar Nusa Pusat ” Juga pesyair, banyak sekali syair syair yg dikarang oleh beliau, bahkan mungkin sudah ribuan bait dan ratusan lagu, tentang Cinta Baginda Nabi, Waliyullah, Ulama’ bahkan syair – syair kebangsaan. Ciri khas dari disela sela ceramah beliau yang selalu ku ingat, pasti selalu ada kalimat ” Allahumma Sholli Alaa Muhammad ” Beliau juga pernah berdawuh pada kami ” Apapun tanpa Kanjeng Nabi akan hambar “. SumberHalaman Facebook Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Stibondo - adalah portal media Jawa Timuran yang berada di bawah naungan PT Hasini Makmur Media.
Suratdukungan KH Syaichona Mohammar Kholil sebagai calon pahlawan nasional dikirimkan BEM Unisma Malang ke Kemensos RI. "Kami sudah mengirim suratnya ke tim pengusul yang akan melanjutkan ke Kemensos RI," jelas Faruq, Plt Presma Unisma Malang pada grup TribunMadura.com ), Senin (25/1/2021).
Custom ContentTap into Getty Images' global scale, data-driven insights, and network of more than 340,000 creators to create content exclusively for your brand.
Sosoknyadikenal sebagai tokoh ulama pemikir dan pejuang, serta pahlawan nasional yang menjadi salah satu tokoh besar Indonesia abad ke-20. KH Hasyim Asy'ari lahir pada Selasa Kliwon, 24 Zulkaidah 1287 Hijriah, bertepatan dengaan tanggal 14 Februari 1871 Masehi, di pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang.
Jakarta - KH As'ad Syamsul Arifin dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi pada tahun 2016 ini. KH As'ad adalah seorang ulama yang turut bergerilya mengusir As'ad yang lahir di Makkah pada 1897 masih keturunan Wali Songo dan termasuk tokoh pelopor berdirinya Nahdlatul Ulama. KH As'ad masih keturunan Sunan Ampel dari ayahandanya Raden Ibrahim KH Syamsul Arifin dan masih keturunan Sunan Kudus dari ibundanya, Siti Maimunah, demikian menurut Wikipedia. KH As'ad dilahirkan dekat Masjidil Haram kala kedua orangtuanya menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu keislaman. Masa kecilnya kemudian dihabiskan di Pamekasan, Madura dan tinggal di Pondok Pesantren Kembang Kuning, Pamekasan. Setelah itu KH As'ad diajak ayahandanya pindah ke Asembagus-Situbondo, Jawa Timur dan saat remaja kembali lagi ke Pondok Pesantren Banyuanyar, Pamekasan untuk belajar. Dia memperdalam ilmu agamanya di Madrasah Shalatiyah di Makkah dengan ulama-ulama yang berasal dari Melayu maupun dari Timur Tengah. Ayahanda KH As'ad, KH Syamsul Arifin, sudah membabat alas ke Situbondo dan mendirikan pondok pesantren di Dusun Sukorejo tahun 1908. Pasca KH Syamsul Arifin mangkat tahun 1951, KH As'ad lah yang meneruskan pondok pesantren yang akhirnya dikenal dengan nama Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah. Di bawah kepemimpinan KH As'ad, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah berkembang dengan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah dan sekolah umum seperti SMP, SMA, dan hanya sebagai ulama yang menyebarkan ilmu agama dan memimpin pesantren, KH As'ad juga turun gunung bergerilya berjuang mengusir penjajah Jepang dari Jember. Di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Sukowono yang menjadi markas utamanya, KH As'ad menyusun strategi dan melancarkan serangan untuk melumpuhkan penjajah, demikian seperti dikutip dari situs NU. Dia memimpin para pejuang lain menyerang serdadu Jepang di Garahan, Kecamatan Silo, dengan bergerilya dari Sumberwringin menyusuri jalan puluhan kilometer, naik turun lembah, menembus hutan belantara dan menyeberang sungai. Gerakannya tercium musuh dan dicegat serdadu Jepang di Sungai Kramat. Pasukan yang dipimpin KH As'ad berkonfrontasi dan bisa mengatasi, sehingga para serdadu Jepang lari tunggang langgang ke tengah hutan. Gerakan pasukan KH As'ad membuat serdadu Jepang ciut nyali dan akhirnya berhasil diusir tanpa peperangan di Garahan. KH As'ad adalah penyampai pesan KH Kholil Bangkalan untuk KH Hasyim Asy'ari, yang merupakan cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama. Sampai akhir hayatnya pada 4 Agustus 1990, KH As'ad menjabat sebagai Dewan Penasihat PB NU. nwk/erd
BiografiKH Kholil bangkalan madura part II. Melanjutkan pembahasan sebelumnya. 5. Belajar Secara Gaib. Mbah Kholil adalah guru utama yang mencetak. banyak ulama besar di Jawa Timur. Sampai. sekarang, meski sudah meninggal, banyak. ulama yang mengaku belajar secara gaib.
Oleh Luthfya Fithriani Kelahiran KH. As’ad Syamsul Arifin KH. As’ad Syamsul Arifin merupakan anak pertama dari pasangan KH. Syamsul Arifin dan Nyai Siti Maimunah yang berasal dari Pamekasan, Madura. Beliau memiliki satu saudara adik yaitu bernama KH. Abdurrahman. Kiai As’ad di lahirkan pada tahun 1897 di Makkah tepatnya di kampung Syi’ib Ali, yang berdekatan dengan Masjidil Haram ketika kedua orang tuanya menunaikan ibadah haji dan bermukim di sana untuk memperdalam ilmu ke-islaman. Ada darah bangsawan pada diri Kiai As’ad yang berasal dari kedua orang tuanya. Sang ayah yaitu Raden Ibrahim KH. Syamsul Arifin merupakan keturunan dari Sunan Kudus I, dan sang ibu Nyai Siti Maimunah yang masih mempunyai keturunan dari Sunan Ampel. Ketika berusia 6 tahun kedua orang tuanya membawa beliau pulang ke Pamekasan, Madura dan tinggal di pondok pesantren Kembang Kuning Pamekasan, Madura. Sedangkan adiknya, Kiai Abdurrahman yang saat itu masih berusia 4 tahun dititipkan kepada Nyai Salhah yang merupakan sepupu Nyai Siti Maimunah yang tinggal di Makkah. Setelah 5 tahun tinggal di Pamekasan, Kiai As’ad diajak sang ayah untuk pindah ke pulau Jawa yang pada saat itu masih berupa hutan belantara tepatnya di daerah Asembagus, Situbondo, Jawa Timur untuk menyebarkan agama Islam. Di sana sang ayah membangun sebuah pondok pesantren sebagai tempat untuk berdakwah. Pemilihan tempat tersebut bukan tanpa alasan melainkan atas saran dua ulama dari Semarang yaitu Habib Hasan Musawa dan Kiai Asadullah. Awal pembangunan pondok pesantren hanya terdiri gubuk kayu kecil, musholla, dan asrama santri yang pada saat itu masih dihuni oleh beberapa orang saja. Seiring berjalannya waktu dengan banyaknya santri yang berdatangan untuk belajar ilmu agama, maka pada tahun 1914 pesantren tersebut berkembang. Pondok pesantren tersebut dikenal dengan nama pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah. Masa Pendidikan KH. As’ad Syamsul Arifin Kiai As’ad sejak kecil sudah mendapatkan ilmu agama dari ayahnya yang merupakan seorang ulama. Setelah beranjak usia remaja sang ayah mengirim beliau untuk belajar di sebuah pondok pesantren tua yang didirikan tahun 1785 di Banyuanyar, Pamekasan, Madura. Selama 3 tahun belajar di pondok pesantren tersebut 1910-1913 Kiai As’ad diasuh oleh KH. Abdul Majid dan KH. Abdul Hamid, yang merupakan masih keturunan dari sang pendiri pondok pesantren yakni KH. Itsbat selesai belajar di pondok pesantren Banyuanyar, beliau dikirim lagi oleh ayahnya ke Makkah untuk menjalankan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agamanya. Ketika menimba ilmu di Makkah, beliau belajar di Madrasah Salathuyah, sebuah madrasah yang sebagian besar murid dan guru-gurunya berasal dari al-Jawi Melayu. Beliau belajar ilmu-ilmu keagaan bersama ulama-ulama terkenal, baik dari ulama al-Jawi maupun ulama Timur Tengah. Di antara guru-guru beliau adalah Syeikh Abbas Al-Maliki, Syeikh Hasan Al-Yamani, Syeikh Muhammad Amin Al-Quthbi, Syeikh Hasan A-Massad, Syeikh Bakir Yogyakarta, Syeikh Syarif As-Sinqithi. Sepulangnya dari Makkah beliau tidak langsung meneruskan pondok pesantren ayahnya. Akan tetapi beliau mengembara di berbagai pondok pesantren untuk memperdalam ilmunya lagi, antara lain ponpes Tebuireng Jombang asuhan KH. Hasyim Asy’ari, ponpes Demangan Bangkalan asuhan Syaikhona Kholil, ponpes Panji Buduran, ponpes Tetango Sampang, dan ponpes Sidogiri Pasuruan. Kiai As’ad ketika nyantri di pondok pesantren Syaikhona Kholil yang berada di daerah Demangan, Bangkalan, Madura, beliau merupakan santri andalan Syaikhona Kholil pada saat itu. Suatu hari pada tahun 1924 M, saat Syaikhona Kholil memanggil beliau untuk ditugasi mengantarkan sebuah tongkat dengan pesan “QS. Thaahaa 18-21” kepada KH. Hasyim Asy’ari di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Selang beberapa bulan di akhir tahun 1924 Syaikhona Kholil kembali memanggil Kiai As’ad untuk pergi ke Tebuireng menemui KH. Hasyim Asy’ari untuk mengantar tasbih dan berdzikir “Yaa Jabbar Yaa Qohhar”. Ketika Syaikhona Kholil memberikan tasbih itu, Kiai As’ad meminta agar dikalungkan di lehernya. Beliau menjaga dengan sangat baik amanah dari sang guru dan memberikan tasbih itu kepada KH. Hasyim Asyari sebagai tanda bahwa beliau memberi restu akan berdirinya Nahdlatul Ulama. Bisa dikatakan bahwa beliau KH. As’ad Syamsul Arifin adalah penyampai pesan cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama NU. Sepeninggalan sang ayah KH. Raden Syamsul Arifin pada tahun 1951, kepengasuhan pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah diberikan kepada Kiai As’ad. Di bawah asuhan beliau pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga pada tahun 1968 berdirilah sebuah Universitas Syafi’iyah dengan Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Dakwah. Tidak berhenti sampai disitu, beliau mendirikan Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah Atas SMA pada tahun 1980. Kemudian kemajuan yang lainnya juga di tunjukkan pada tahun 1985 dengan berdirinya sebuah Sekolah Dasar SD. Selang satu tahun kembali mendirikan sekolah di bidang perekonomian dengan berdirinya Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas SMEA pada tahun 1986. Dan di tahun 1990 berdiri berbagai lembaga salah satunya Lembaga Kaderisasi Fuqoha’ atau yang lebih dikenal dengan nama Ma’had Aliy, yang merupakan lembaga dalam rangka mengantisipasi isu krisis ulama. Masa perjuangan KH. As’ad Syamsul Arifin Melawan Penjajah Tak hanya sebagai ulama yang menyebarkan ilmu agama dan memimpin pesantren, Kiai As’ad juga turun gunung bergerilya berjuang mengusir penjajah Jepang dari Jember. Di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Sukowono yang menjadi markas utamanya, Kiai As’ad menyusun strategi dan melancarkan serangan untuk melumpuhkan penjajah, demikian seperti dikutip dari situs memimpin para pejuang untuk melawan serdadu Jepang di Garahan, Kecamatan Silo. Beliau bersama pejuang lainnya bergerilya dari Sumberwringin menyusuri jalan puluhan kilometer, naik turun lembah, menembus hutan belantara dan menyeberang sungai. Gerakannya tercium musuh dan dicegat pasukan penjajah di Sungai Kramat. Pada masa perjuanganya, beliau bersama dengan sepupunya KH. Abdus Shomad sempat mendapatkan kursus teknik dasar militer di Jember pada waktu itu. Dengan modal inilah beliau bersama kiai-kiai lainnya menyusun pergerakan yang dipadukan dengan kekuatan rakyat dan para santri. Sosok beliau yang berkarisma menjadikannya disegani oleh para masyarakat yang berada di kawasan Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Probolinggo, Jember, Lumajang, dan Pasuruan. Terutama disegani oleh ketiga laskar di kawasan itu yaitu laskar Sabilillah, laskar Hizbullah, dan laskar Pelopor. Semua kiai yang berada pada laskar Sabilillah menuruti semua strategi yang di buat oleh beliau. Begitu juga dengan para santri yang berada pada laskar Hizbullah, mereka dengan senang hati mengikuti strategi pergerakan perjuangan beliau. Tak hanya kiai dan para santri saja, para rakyat termasuk para preman yang berada pada barisan laskar Pelopor juga mengikuti strategi beliau. Pasukan yang dipimpin oleh beliau berhadapan langsung dengan musuh. Meskipun begitu beliau bersama pasukannya bisa mengatasi para penjajah Jepang, sehingga membuat mereka lari menuju ke tengah hutan. Gerakan pasukan Kiai As’ad membuat Jepang nyalinya menciut dan akhirnya berhasil diusir tanpa peperangan di Garahan. Pesan KH. As’ad Syamsul Arifin dalam berjuang membela negara adalah dengan niat. Niat memperjuangkan agama dan negara. Memperjuangkan agama untuk akhiratnya dan memperjuangkan negara untuk dunianya. Perjuangan di Bidang Politik Ketika NU memutuskan untuk menjadi partai politik dan meninggalkan Masyumi pada 1952, beliau dan para ulama nusantara yang lain mengembangkan dan memperluas pengabdiannya menuju politik kenegaraan yang sebelumnya hanya fokus di politik kebangsaan dan kerakyatan. Bahkan pada 1957-1959 beliau menjadi juru kampanye partai NU dan dipercaya mengemban amanat sebagai penasehat pribadi Wakil Perdana Menteri kala itu KH. Idham Khalid. Menurut beliau peran masyarakat Islam dalam mendukung partai NU dan men-coblosnya ketika pemilu sangatlah penting. Karena berazazkan Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan konsepsi pemikiran yang diajukan dalam sidang bersumber dari ajaran Islam serta para calon yang diajukan berasal dari ulama nasional. Alasan inilah yang menjadikan beliau berjuang dari satu tempat ke tempat lain yang tak lain demi membela NU di ranah perjuangan beliau dan para kiai muda lainnya, membuat presiden Soekarno memilih beliau agar menduduki jabatan sebagai Menteri Agama. Namun beliau bukan seorang yang haus akan jabatan, dengan halus beliau menolak tawaran itu karena menurutnya jabatan seperti itu bukanlah keinginannya, beliau lebih memilih memimpin sebuah pondok pesantren yang keilmuannya itu telah di wariskan oleh ayah dan guru-gurunya. Pengaruh Kiai As’ad tentu membuat cemas para penguasa orde baru yang represif dan otoriter. Sehingga segala cara dilakukan untuk melemahkan NU. Melihat keadaan sepert ini membuat para ulama NU mengadakan Musyawarah Nasional Alim Ulama yang bertempat di pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo. Pada 1983 Munas menyatakan bahwa NU menerima Pancasila dan Revitalisasi Khittah 1926. Gagasan ini dikemukakan oleh KH. Achmad Shiddiq yang langsung disetujui oleh Kiai As’ad karena ini dapat menjadi pukulan telak bagi penguasa orde baru yang hendak membubarkan NU dengan dalih tidak menerima Pancasila. Dari perjuangan beliau di bidang politik, pada 3 November 2016 beliau dianugrahi gelar sebagai Pahlwan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Kepres RI No. 90/TK/Tahun 2016. Karomah KH. As’ad Syamsul Arifin Sebagai seorang kiai dan ulama besar, Kiai As’ad tidak hanya menguasai banyak ilmu dari pada guru-guru dan kitab-kitab hikmahnya, Kiai As’ad juga menguasai ilmu yang di anggap oleh masyarakat sebagai ilmu ghaib. Murid dari beliau pun banyak yang berasal dari kaum bromocorah preman,brandalan yang mendalami ilmu kanugrahan, yaitu ilmu kekebalan tubuh. Ketika sesama mereka dibekali oleh sebuah pedang dan celurit untuk saling bacok, tidak ada dari mereka yang cidera sedikit pun. Salah satu dari muridnya yang bernama Mabruk dulunya seorang preman yang kemudian bergabung pada laskar Pelopor untuk menghadapi pasukan penjajah, beberapa hari telah mendalami ilmu kanugrahan tersebut beserta silat. Ia juga di suwuk ditiup dengan do’a oleh KH. As’ad Syamsul Arifin. Kemampuannya dibuktikan ketika perjalanan di daerah Dabasah yang merupakan tempat gudang senjata para penjajah. Dengan izin Allah, pasukan laskar Pelopor berhasil mengambil 24 pucuk senjata dan sejumlah amunisi tanpa mendapatkan perlawanan sedikit pun. Dengan ilmu ghaib yang telah dibekalkan ke pasukan laskar Pelopor tersebut oleh kiai As’ad, mereka mampu masuk gudang tanpa terlihat oleh pasukan penjajah. Wafatnya KH. As’ad Syamsul ArifinKH. As’ad Syamsul Arifin wafat pada 4 Agustus 1990 di Situbondo Jawa Timur pada usia ke 93 tahun.
MarzukiMustamar, KH. Nurul Huda Djazuli Ploso, KH Abdullah Kafabihi Mahrus Lirboyo, KH. Kholil As'ad Situbondo, KH Abdurrohman Al-Kautsar (Gus Kausar) Ploso, KH Salam Sohib, Habib Alwi bin Idrus Baaqil Sampang, Habib Ali Zaenal Bondowoso, KH. Agus Ali Mashuri Tulangan Sidoarjo, dan sejumlah ulama dari berbagai daerah lainnya di Jawa Timur.
Foto KH. Kholil As'ad Samsul KH. Kholil As’ad Samsul merupakan pengasuh sekaligus pendiri Pondok Pesantren Wali Songo yang berlokasi di kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo. Ada salah satu cerita unik mengenai perjumpaan beliau dengan Nabi Khidir semasa masih menuntut ilmu kepada Syeihk Ismail Al-Yamani Al-Makki di Kota Makkah Al Mukarromah. Perintah dari Syekh Ismail Suatu saat beliau mendapatkan perintah dari Syekh Ismail untuk melaksanakan Ibadah Umrah sekaligus bertemu dengan orang yang tidak dikenalinya, namun memiliki ciri-ciri yang telah disebutkan oleh gurunya. Sebelum berangkat Umrah, akhirnya KH. Kholil pun berangkat melaksanakan perintah gurunya tersebut. Baca juga Skenario Tuhan Singkat cerita, setelah KH. Kholil selesai melakukan tawaf mengitari Ka’bah dan melaksanakan berbagai macam salat sunnah, beliau pun merasa lelah lalu memutuskan untuk duduk sejenak sambil menghadap ke Ka’bah. Awal Mula Perjumpaan dengan Nabi Khidir Tiba-tiba ada seseorang laki-laki yang duduk di samping beliau dengan posisi kaki terselonjor ke arah Ka’bah. “Sungguh tidak sopan sekali orang ini berselonjor di rumah Allah Swt,” celetuk KH. Kholil di dalam hatinya. Seketika itu juga, orang yang berada di sampingnya tersebut mengatakan semua yang diketahui tentang tujuan, alasan ia berada di sini, sebab diperintah Syekh Ismail termasuk celetukan yang baru saja ia katakana di dalam hatinya tersebut. Baca juga Apa yang Ditimba Gus Dur dari Kiai Ali Maksum Krapyak? Sontak, KH. Kholil pun kaget karena tidak menyangka apa yang dikatakan orang tersebut kepadanya. KH. Kholil pun langsung bersalaman kepada beliau. Dari sinilah beliau tahu bahwa orang tersebut adalah Nabi Khidir. Read Next 1 minggu ago Konsep Penciptaan Perempuan Pertama dalam Al-Qur’an 1 minggu ago Pengaruh Qashas Al-Quran dalam Pendidikan 2 minggu ago Keromantisan Hidup Bersama Al Qur’an 4 minggu ago Pubertas dalam Beragama Maret 19, 2023 Menjelang Bulan Ramadhan, Persiapkan berikut ini Februari 23, 2023 Memahami Bahasa Santri dengan Teori Humanistik Februari 22, 2023 Siapakah Musuh Terbesar Manusia? Februari 22, 2023 Nashoihul Ibad Mutiara Hikmah dari Ulama Banten Februari 14, 2023 Berpetakumpet dengan Tuhan
- Лушаςθշ դэሴ քቻս
- П χук арεψοկипո
- К ևщεнеծካհ
- Ուջорыκοсጧ ጎጯպι очоνуп
REPUBLIKACO.ID, MADURA -- Kehidupan Syaikhona Kholil al-Bangkalani tidak lepas dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Kiai Kholil melakukan perlawan terhadap para penjajah di zaman kolonial dengan caranya sendiri. Dalam buku "99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib", KH A. Aziz Masyhuri menjelaskan, dalam
REPUBLIKA - Kelahiran organisasi Nahdlatul Ulama NU disebut tidak akan lahir jika tidak ada tongkat dan tasbih yang dibawa almarhum KHR. As'ad Syamsul Arifin. Karena kedua petunjuk itulah yang membuat Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy'ari mantap untuk mendirikan organisasi yang berarti kebangkitan ulama dari bukunya Syamsul A. Hadi 'Khariama Kiai As'ad di Mata Umat', awalnya, pada tahun 1924 Kiai Hasyim dimintai persetujuannya oleh kelompok diskusi taswirul afkar untuk mendirikan sebuah organisasi atau Jamiyah. Sebelum memutuskannya, kiai pendiri pondok pesantren Tebuireng tersebut meminta waktu untuk mengerjakan shalat istikharah terlebih dahulu. Namun, setelah sekilan lama petunjuk tersebut belum kunjung datang, sehingga kiai Hasyim menjadi lubuk hatinya, Kiai Hasyim kemudian ingin berjumpa dengan gurunya, KH Kholil bin Abdul Latif di Bangkalan, Madura. Namun, KH Kholil terlebih dahulu sudah mengetahui kegelisahan Kiai Hasyim tersebut, sehingga kiai segera mengutus salah satu santrinya yang bernama As'ad, yang kelak akan menjadi pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, pemuda As'ad diberikan amanah oleh Kiai Kholil untuk menyampaikan sebuah tongkat kepada Kiai Hasyim di Tebuireng. Saat sampai di Tebuireng, As'ad juga dipesani agar membacakan Alquran surat Thaha ayat 17-23 kepada Kiai Hasyim. Saat Kiai Hasyim menerima kedatangan As'ad dan mendengar ayat tersebut, hatinya pun langsung bergetar. "Keinginanku untuk membentuk jamiyah agaknya akan tercapai," ujar Kiai Hasyim saat itu sambil meneteskan air demikian, pada kunjungan pertama As'ad tersebut tampaknya belum membuat Kiai Hasyim mantap, sehingga satu tahun kemudian Kiai Kholil mengutus As'ad kembali. Kali ini, ia diamanahi sebuah tasbih untuk disampaikan ke Kiai Hasyim. Saat membawa tasbih tersebut, Kiai Kholil juga meminta As'ad untuk mengamalkan sebuah wirid Ya Jabbar, Ya Qahhar selama perjalannya dari Bangkalan ke Tebuireng, Jombang. "Kiai, saya diutus oleh kiai Kholil untuk menyampaikan tasbih ini," ucap As'ad saat bertemu Kiai Hasyim sambil menunjukkan tasbih yang dikalungkan di lehernya As'ad kedua inilah yang membuat Kiai Hasyim benar-benar mantap untuk mendirikan NU, lantaran menangkap isyarat bahwa Kiai Kholil sebagai gurunya tidak keberatan jika ia dan sahabat-sahabatnya mendirikan oraganisasi tersebut. Itulah jawaban yang dinanti-nantikannya selama tepat pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriyah atau 31 Januari 1926, organisasi NU resmi didirikan dan Kiai Hasyim dipercaya sebagai Rais Akbar pertama.
Profil KHR Moh Kholil As'ad Syamsul Arifin Situbondo Dan Pesan Bagi Umat. by Baca Doloe • September 12, 2022. KHR Moh Kholil As'ad Syamsul Arifin Situbondo. Bacadoloe.com - Beliau, sebatas yang kutahu, Lahir di Situbondo, putra Bungsu Almarhum KHR.
Dalambanner tersebut, terdapat foto KHR Mohammad Kholil As'ad Syamsul Arifin, ulama berpengaruh di Situbondo dan KHR Achmad Azaim Ibrahimy, pengasuh Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukerejo, Asembagus Situbondo.
- Selasa, 5 September 2023 | 20:45 WIB Sosok KHR Kholil Asad (Tangkap layar Youtube Java Studio) KILAT.COM - Muhaimin Iskandar, yang dikenal sebagai Cak Imin, telah secara resmi menjadi pendamping Anies Baswedan dalam Pilpres 2024.
. klx3auc99m.pages.dev/323klx3auc99m.pages.dev/736klx3auc99m.pages.dev/185klx3auc99m.pages.dev/725klx3auc99m.pages.dev/798klx3auc99m.pages.dev/723klx3auc99m.pages.dev/183klx3auc99m.pages.dev/363klx3auc99m.pages.dev/768klx3auc99m.pages.dev/662klx3auc99m.pages.dev/278klx3auc99m.pages.dev/299klx3auc99m.pages.dev/812klx3auc99m.pages.dev/152klx3auc99m.pages.dev/558
foto kh kholil as ad